Tempat Penitipan Anak Bungur IV Kopassus
“Harta yang paling berharga adalah keluarga…”
Mungkin kita akan membaca penggalan kalimat ini sambil sedikit bersenandung. Penggalan lirik lagu dari Film Keluarga Cemara ini memang sangat sarat makna.
Bagaimana keberadaan keluarga terlebih seorang anak menjadi harta yang tak ternilai.
TPA Bungur IV Kopassus, Bukan Sekedar Tempat “Momong”
Kebahagiaan yang dirasakan para orang tua saat anak terlahir ke dunia pada satu kondisi terbentur dengan pilihan-pilihan dan pergeseran nilai sosial budaya yang menuntut seorang Ibu tidak hanya bertugas menjadi pengasuh dan pendidik anak-anak d dalam rumah tetapi menuntut Ibu menjadi seorang pencari nafkah guna menopang kehidupan keluarga.
Aktivitas Ibu di luar rumah ini lah yang menyebabkan seringkali anak pada akhirnya terabaikan, kurang kasih sayang, perhatian yang minim hingga kesalahan pola asuh.
Kondisi ini tak terkecuali juga dialami oleh para istri prajurit. Sebagian dari mereka harus beraktivitas di luar rumah untuk tuntutan pekerjaan hingga kewajiban mengikuti kegiatan dalam organisasi Persatuan Istri Prajurit (Persit).
Terlebih lagi jika ditambah kondisi para ayah yang harus berangkat tugas operasi, mengikuti giat pendidikan atau latihan demi pengabdian kepada negara sehingga harus meninggalkan keluarga dalam jangka waktu yang cukup lama, maka kondisi ini akan semakin mengkhawatirkan bagi anak-anak.
Anak akan benar-benar kehilangan pola asuh dari orang tuanya.
Dilema Seorang Ibu Bekerja
Seorang Ibu yang bekerja dan terpaksa meninggalkan anaknya dalam pengasuhan orang lain tidak bisa juga serta merta kita kategorikan Ibu yang tidak bertanggung jawab.
Tentunya ada alasan yang melatarbelakangi hal tersebut. Dengan terpaksa mereka harus menitipkan anaknya.
Sebagian mungkin dapat menitipkan anaknya kepada pengasuh (babysitter) atau kepada keluarga lain seperti kakek,nenek,dsb.
Tetapi tidak sedikit juga yang akhirnya memutuskan keluar dari pekerjaan demi mengasuh anak mereka karena galau dan khawatir tidak ada yang menjaga anaknya selama mereka bekerja.
TPA Sebagai Solusi
Keberadaan Taman Penitipan Anak (TPA) di Kopassus Cijantung ini bisa menjadi alternatif solusi untuk mengatasi kegalauan ibu-ibu yang bekerja.
Hal ini juga sebagai wujud kontribusi Persit Kartika Chandra Kirana untuk membantu prajurit dan keluarganya yang membutuhkan pengasuhan anak sekaligus membantu mewujudkan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) bagi putra-putri prajurit maupun masyarakat sekitar.
Keberadaan TPA ini kiranya dapat menjadi salah satu solusi untuk para orang tua yang bekerja atau yang memiliki kesibukan sehingga terpaksa tidak bisa mengasuh anak-anaknya secara langsung.
Taman Penitipan Anak merupakan salah satu bentuk layanan Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur Non Formal sebagai mana tercantum dalam Undangundang Sisdiknas No 22 tahun 203 pasal 28 yang berbunyi “Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-Kanak (TK), Raudatul Anfal (RA) atau dalam bentuk lain yang sederajat.
Pendidikan Anak Usia Dini pada jalur pendidikan non formal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA) dan Satuan PAUD Sejenis (SPS) “.
Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
Pada kenyataannya, masyarakat saat ini belum seluruhnya paham tentang pentingnya PAUD maupun TPA bagi perkembangan psikologi anak-anak.
Padahal undang-undang pun sudah mengaturnya dan menjelaskan bahwa PAUD merupakan upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan, untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.
Paradigma yang terbentuk bahwa TPA tak lebih dari tempat “momong” anak saat orang tua tak dapat mengasuhnya secara langsung, padahal tujuannya lebih luas lagi dari itu yakni sebagai pembentukan nilainilai dan perilaku.
Kurangnya pemahaman fungsi TPA yang sesungguhnya, maka dapat mengakibatkan layanan yang kurang tepat sehingga terkesan memandirikan anak tetapi kurang memberikan sentuhan edukasi yang lebih mendalam.
Walau baru saja berdiri 5 November 2018, namun TPA Bungur IV yang berada di bawah naungan Yayasan Kartika Jaya Cabang XV Kopassus mencoba menerapkan nilai-nilai edukasi sesuai dengan tujuan TPA yang sebenarnya.
Dengan visi membentuk generasi yang berkualitas dan berakhlak mulia, dengan tujuan membantu TNI dan PNS beserta keluarganya dalam menunjang pengasuhan dan pendidikan anak usia dini dan juga menunjang pembentukan akhlak dan karakter anak yang baik.
Hal ini ditegaskan pula oleh Ria Djon Afriandi yang saat ini menjabat sebagai Ketua Yayasan Kartika Jaya Cabang XV Kopassus bahwa dengan adanya TPA beliau berharap bisa membuat ibu-ibu yang bekerja di luar rumah bisa menitipkan anaknya di tempat yang aman, diawasi oleh tenaga profesional sehingga pendidikannya lebih terarah dan kemandiriannya juga bisa terbentuk.
Contoh konkrit yang coba dilakukan TPA Bungur IV diantaranya dengan memasukan permainan tradisional kedalam proses kegiatan belajar mengajar.
Hal ini sangatlah penting karena filosofi dari permainan tradisonal sangat sarat makna nilai-nilai yang baik seperti kerja sama dan kebersamaan.
Nilai-nilai ini yang saat ini mulai luntur seiring dengan perkembangan teknologi gadget yang sudah sangat mempengaruhi tumbuh kembang bahkan di usia balita anak-anak yang seharusnya belum boleh terpapar teknologi demikian.
Tidak hanya ragam permainan tradisional, TPA Bungur IV yang saat ini memiliki 13 orang murid dengan 2 orang tenaga pendidik yang bergelar sarjana PAUD, 1 orang ahli gizi yang bertugas mengontrol asupan gizi anak-anak, 1 orang admin dan 1 Kepala Sekolah ini pun memiliki program-program pembelajaran yang terencana baik secara mingguan maupun harian dan mengacu pada kurikulum 2013.
Metode pendekatan yang digunakan menggunakan pendekatan sentra seperti sentra sains, sentra balok, sentra musik, sentra bermain dan sentra main peran. Kegiatan pun dibagi dalam 2 waktu kegiatan.
Pertama kegiatan pendidikan dari pukul 07.30 – 10.30 dengan melaksanakan 5 sentra yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kegiatan selanjutnya termasuk dalam kgiatan pengasuhan dari pukul 10.30 – 16.00.
Dengan berbagai metode yang diberikan diharapkan anak-anak dapat bereksplorasi bermain sesuai dengan minatnya dalam lingkungan yang kondusif dan menyenangkan serta sarana dan prasarana yang menunjang.
Jadi TPA bukan lah sekedar tempat “momong” anak tetapi ada nilai-nilai pendidikan juga yang memang coba diterapkan.