Kartika Podcast Episode 7 Mengenal Lebih Dekat Wakasad dan Wakil Ketua Umum Persit KCK

Kartika Podcast Episode 7 Mengenal Lebih Dekat Wakasad dan Wakil Ketua Umum Persit KCK

Kartika Podcast Episode 7 :

Mengenal Lebih Dekat Wakasad dan Wakil Ketua Umum Persit KCK

Kartika Podcast Episode 7 Mengenal Lebih Dekat Wakasad dan Wakil Ketua Umum Persit KCK.

Biodata Bapak Letnan Jend TNI Tandyo Budi R, S. Sos dan ibu Susi Tandyo Budi.

Letnan Jenderal TNI Tandyo Budi lahir di Surakarta, 21 Februari 1969. Beliau menempuh pendidikan di Akademi Militer dan lulus pada tahun 1991.

Selanjutnya, beliau mengikuti pendidikan Sesko AD pada tahun 2006 dan kembali menjalani pendidikan Sesko TNI pada tahun 2014.

Dalam karier militernya, beliau telah menerima berbagai tanda jasa, antara lain Satyalancana Dharma Nusa, Satyalancana Seroja, Bintang Yudha Pratama, dan Bintang Dharma sebagai penghargaan atas pengabdiannya. 

Karier beliau dimulai sebagai Komandan Peleton Batalyon Infanteri Linud 330, Brigif 17 Divisi Infanteri 1 Kostrad.

Setelah itu, beliau pernah menjabat sebagai Wakil Komandan Yonif Linud 330 Kostrad dan Wakil Komandan Yonif Linud 328.

Tidak hanya di bidang tempur, beliau juga berperan dalam mencetak kader-kader perwira muda TNI Angkatan Darat.

Selanjutnya, beliau pernah menjabat sebagai Komandan Korem 142 dan berkiprah di Kementerian Pertahanan RI.

Beliau kemudian diangkat sebagai Pangdam IV Diponegoro, sebelum akhirnya menjabat sebagai Wakil Kepala Staf Angkatan Darat saat ini.

Ibu Susi Rianingsih, istri dari Letnan Jenderal Tandyo Budi, lahir di Prabumulih, 6 April 1973. Bersama suaminya, ia dikaruniai dua orang anak.

Putra pertama, Alif Budi Wiratama, saat ini sedang menempuh pendidikan di Akademi Militer pada tingkat empat.

Sementara itu, anak perempuan mereka, Belinda Budi Safira, tengah menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Umum Universitas Jenderal Achmad Yani (UNJANI).

Masa Kecil Bapak Tandyo Budi

Beliau berasal dari keluarga guru dan merupakan anak bungsu dari 5 bersaudara, yang terdiri dari empat saudara laki-laki dan satu saudara perempuan.

Saudara ke-1 dan ke-2 berkarier di militer, saudara ke-3, Mayor Jenderal (Purn) Nugroho Udi Wiryanto, S.IP., M.M.,Q.I.A pernah menjabat sebagai Pangdam III/siliwangi, sementara saudara ke-5 menjadi Wairjenad.

Kini, dari lima bersaudara, hanya dua yang masih hidup. Kakak pertama, Purwanto, meninggal dunia pada tahun 2020 saat pandemi COVID-19, sedangkan kakak kedua, satu-satunya perempuan, meninggal pada tahun 1996. 

Semasa kecil, beliau tumbuh dalam keluarga yang sangat disiplin.

Ayahnya selalu menegur anak-anak yang tidak belajar sebelum pukul 7 malam dan mewajibkan mereka menonton berita pada pukul 9 malam untuk memperluas wawasan tentang dunia.

Sebelum menikah dengan Susi Rianingsih, beliau sempat bertugas di beberapa wilayah seperti Papua dan Kalimantan, yang memberikan banyak pengalaman dan pemahaman tentang berbagai daerah di Indonesia.

Ibu Susi Rianingsih menghabiskan masa kecilnya di Metro, Provinsi Lampung.

Ayahnya adalah purnawirawan Angkatan Darat yang mengisi waktu luang dengan berkebun di Lampung.

Ibu Susi adalah anak ke- 3 dari 4 bersaudara, dengan kakak pertama yang berkarier sebagai tentara, kakak kedua menjadi kepala kantor pajak, dan adik bungsunya berkarir di Polri.

Semasa mudanya, Ibu Susi menempuh pendidikan di Yogyakarta, dan sempat bercita-cita menjadi dokter gigi.

Namun, karena beberapa kendala, ia tidak dapat mewujudkan impiannya dan akhirnya berharap anaknya kelak bisa menjadi dokter umum.

Kini, harapannya terwujud melalui putrinya, yang sedang menempuh pendidikan di Fakultas Kedokteran Umum.

Awal Mula Bapak Tandyo Budi Bertemu Ibu Susi Rianingsih

Bapak Tandyo Budi dan Ibu Susi bertemu pada tahun 2000 setelah diperkenalkan oleh kerabat melalui nomor telepon. Setelah empat bulan berkenalan, Bapak Budi melamar Ibu Susi dan mereka menikah pada 14 Oktober 2001.

/private/var/mobile/Containers/Data/Application/D63FC2E0-853E-48B1-AF88-6F6009999463/tmp/insert_image_tmp_dir/2024-10-02 11:42:13.553000.png2024-10-02 11:42:13.553000

Salah satu momen berkesan bagi ibu Susi adalah ketika mendampingi suaminya di batalyon.

Di sana, ia belajar tentang kepemimpinan dan mendapatkan kesempatan untuk berinteraksi dengan anggota Persit, sekaligus memberi teladan yang baik.

Bagi beliau, pengalamannya bersama komandan-komandan hebat seperti Bapak Prabowo dan Bapak Susilo Bambang Yudhoyono sangat menginspirasi.

Pada tanggal 15 Mei 2020, Beliau diajak oleh bapak Prabowo untuk membeli tanah di Atambua, yang kemudian dijadikan lokasi kampus politeknik.

Hingga kini, tanah tersebut membawa berkah bagi mereka.

Tips keharmonisan dari Bapak Tandyo dan Ibu Susi adalah membangun kepercayaan, menjaga komunikasi yang baik, selalu mendampingi satu sama lain, dan memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anak.

Ibu Susi setia mendampingi suami di manapun ia bertugas. Dalam mendidik anak, Bapak Tandyo menekankan pentingnya disiplin.

Untuk anak laki-laki, ia mengajarkan tanggung jawab atas pilihan hidup, sementara untuk anak perempuan, ia berharap mereka setia pada pasangan seperti ibunya yang setia mendampingi suami.

Mereka juga berharap anak-anaknya menempuh pendidikan setinggi mungkin agar memiliki karakter yang baik.

Selain itu,Bapak Tandyo dan Ibu susi percaya bahwa menjaga kebersamaan dan saling mendukung dalam segala situasi menjadi kunci penting dalam hubungan mereka.

Keluarga bagi mereka adalah tempat saling menguatkan, terutama saat menghadapi tantangan dalam hidup dan karier.

Pandangan Bapak Ibu tentang Ibu Persit 

Ibu Persit diharapkan selalu belajar berorganisasi dan bersosialisasi, serta mengikuti kegiatan positif seperti memasak dan menjahit, agar jiwa kewirausahaan tumbuh dalam diri mereka.

Selain itu, Ibu Persit harus mendampingi suami dalam segala aspek, termasuk dalam mendidik anak agar menjadi lebih baik dan selalu berpegang pada prinsip Pancasila.

Di era modern ini, kewaspadaan terhadap pengaruh negatif dari dunia luar sangat penting, karena banyak hal buruk yang bisa mempengaruhi anak-anak.

Menurut Bapak dan Ibu, sosok Persit ideal adalah yang terus meningkatkan kualitas diri melalui pendidikan dan usaha, namun tetap setia mendampingi suami serta melaksanakan kewajiban sebagai Ibu Persit.

Mandiri adalah kunci, terutama ketika sering ditinggal tugas.

Tantangan yang dihadapi adalah gaya hidup hedonis dan media sosial, sehingga penting bagi Ibu Persit untuk bijak dalam memilih dan terus mendalami ilmu agama.

Harapan mereka adalah agar ibu Persit selalu bersyukur, pandai mengelola keuangan, dan setia mendampingi suami di manapun bertugas.

  1. /private/var/mobile/Containers/Data/Application/D63FC2E0-853E-48B1-AF88-6F6009999463/tmp/insert_image_tmp_dir/2024-10-02 11:41:58.664000.png2024-10-02 11:41:58.664000

Bagaimana Bapak dan Ibu Saling Support Ketika Bertugas

Ketika suami bertugas di luar, istri diharapkan mampu mengelola segala urusan rumah, termasuk mendidik anak, mengatur keuangan, dan menjaga keharmonisan keluarga.

Dukungan dari suami, terutama dalam bidang pendidikan, sangat penting agar istri terus berkembang.

Dalam pernikahan, saling mendukung dan menyelesaikan masalah bersama adalah kunci, karena kehidupan tidak lepas dari tantangan.

Suami dan istri perlu bersinergi untuk menjaga stabilitas keluarga meskipun dihadapkan pada situasi sulit.

Bapak dan Ibu juga memberikan tips dalam mempersiapkan anak untuk masuk dunia TNI.

Langkah pertama adalah mengidentifikasi potensi dan minat anak, agar jalur yang dipilih sesuai dengan keinginannya.

Kesehatan fisik menjadi prioritas utama, karena tes masuk TNI melibatkan banyak tahapan, terutama tes kesehatan yang sangat ketat.

Selain itu, anak harus di didik menjadi mandiri, berani mengambil keputusan, dan memiliki mental yang kuat.

Dunia militer penuh dengan tantangan, termasuk keterbatasan komunikasi dengan keluarga dan rintangan fisik serta mental lainnya.

Oleh karena itu, pelatihan mental sejak dini sangat penting untuk membentuk sikap mandiri dan tangguh pada anak.

Anak juga tidak boleh dimanja berlebihan, tetapi tetap harus dijaga komunikasi yang baik antara orang tua dan anak agar mereka selalu merasa didukung.

Orang tua juga harus memberikan teladan dalam kedisiplinan, tanggung jawab, dan kemandirian, sehingga anak dapat meniru nilai-nilai ini dalam kehidupannya.

Di samping itu, mental anak perlu dipersiapkan untuk menghadapi kerasnya dunia militer, seperti kedisiplinan tinggi, tanggung jawab besar, dan kemampuan beradaptasi dengan lingkungan yang penuh tekanan.

Harapan Bapak dan Ibu adalah anak bisa tumbuh menjadi pribadi yang kuat, mandiri, dan siap menghadapi segala tantangan di dunia militer.

YouTube Kartika Podcast Episode 7 :

Mengenal Lebih Dekat Wakasad dan Wakil Ketua Umum Persit KCK

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *