Kartika Podcast Episode 5 : Bincang Hangat dengan Ketua Umum Persit KCK
Kartika Podcast Episode 5 :
Bincang Hangat dengan Ketua Umum Persit KCK
PENDAHULUAN
Ketua Umum Persit Kartika Chandra Kirana, Ibu Paulina br. Panjaitan atau yang akrab dipanggil Ibu Uli Simajuntak lahir di Jakarta, 07 Desember 1972.
Beliau berangkat dari keluarga TNI dan sampai dengan saat ini Ibu Ketua Umum masih mengikuti pendidikan online di Boston University jurusan Nutrisi Anak.
Ibu Ketua Umum pernah mengikuti pendidikan Lemhanas angkatan 52 dan wanita pertama yang mendapatkan penghargaan bintang karena masuk 10 siswa terbaik saat itu.
Ibu Uli Simanjutak memiliki 2 anak, bernama Faye Simanjutak yang berkuliah di Georgetown University, Amerika Serikat dan Noah Simanjuntak yang sedang menjalankan pendidikan Iowa University di Amerika.
Noah Simanjuntak pernah bersekolah di TK Kartika Serang Banten jadi sangatlah islami, Noah hafal doa-doa yang diajarkan disekolahnya.
“Sehingga dia tuh hafal doa masuk rumah, doa keluar pintu, doa mau ke toilet. Jadi menurut saya itulah keberagaman yang ada di kompleks, ya.
Kalau kita tinggal dikomplek kita harus menikmati bagaimana indahnya tinggal dikomplek bersama teman-teman kita semua.” kata Ibu Uli Simanjuntak.
Ibu Uli Simanjuntak selalu mendampingi Bapak Maruli Simanjuntak dimanapun ditugaskan sejak awal menikah hingga hari ini.
Beliau pernah mendampingi Bapak Maruli Simanjuntak sebagai Danyon 21 Grup 2 Kopassus, Komandan Sekolah Komando di Pusdiklatpassus, Wadan Grup 1 Kopassus, Dangrup 2 Kopassus, Asops Danjen Kopassus, Dangrup A Paspampres, Danrem 074/Warastratama, Wadanpaspampres, Kasdam IV/Diponegoro, Danpaspampres, Pangdam IX/Udayana, Pangkostrad dan Kepala Staf TNI Angkatan Darat.
PENGALAMAN MASA KECIL
Saat Ibu Uli masih kecil, orangtua Ibu Uli Simanjuntak, Bapak Luhut Panjaitan menjabat sebagai Danpusdik Kopassus.
Menurut Ibu Uli Simanjuntak bahwa hidup diasrama sangat menyenangkan, bisa naik sepeda, ambil gedebong pisang dan dirakit menjadi getek dan menyebrang Kelenteng Agung.
Ibu Uli Simanjuntak tidak pernah menyangka menikah dengan tentara karena sudah pergi sekolah di Amerika dan menjadi volunteer di Sea Games bertemu dengan Bapak Maruli Simanjuntak yang menjadi atlet Judo.
Kisah pertemuan Bapak Maruli Simanjuntak dan Ibu Uli Simanjuntak bertemu pertama kali di Sea Games, dan rutin menelepon/miscall Ibu Maruli Simanjuntak 37 kali tiap hari.
Bapak Maruli Simanjuntak disuruh menunggu oleh orangtuanya Ibu Uli Bapak Luhut Panjaitan selama 1 tahun.
Hal tersebut dikarenakan Ibu Uli memiliki latar belakang sekolah selama 15 tahun diluar negeri dan melihat sifat Ibu Uli yang liberal.
Namun menurut anak perempuan Ibu Uli, Beliau adalah orang yang konservatif.
Pada saat Ibu Uli sedang menjaga ayahnya di Rumah Sakit Singapura, Ibu Uli mendapatkan pesan oleh Bapak Maruli Simanjuntak bahwa besok akan ada sertijab KASAD (Kepala Staf TNI Angkatan Darat).
Oleh karena itu, Ibu Uli Simanjuntak pulang ke Jakarta untuk mendampingi Bapak Maruli Simanjuntak dilantik menjadi KASAD.
Ibu Uli Simanjuntak tidak pernah bermimpi Bapak Maruli Simanjuntak menjadi KASAD, karena cita-cita hidup Ibu Uli ingin Suaminya menjadi Danjen Kopassus.
Pesan Bapak Luhut Panjaitan kepada Ibu Uli adalah bersyukur dan harus selalu mendampingi Suami, kemanapun Suami bertugas.
MAKNA SEBAGAI ANGGOTA PERSIT
Bagi Ibu Uli Simanjuntak, Persit memiliki arti yang sangat luar biasa. 35 tahun di Kopassus Ibu Uli hanya melihat sosok Ayah dan Ibunya saja.
Setelah menikah dan menjadi Ibu Persit, beliau selalu mendampingi Suami bertugas ke wilayah Indonesia.
Selain itu, Ibu Uli Simanjuntak belajar bagaimana kepemimpinan dan bagaimana me-manage orang serta belajar berorganisasi didalam Persit.
“Persit itu luar biasa sekali kalau kita mau mengambil, ada juga teman-teman kita yang cuek. Ada yang bilang “Ah, Persit apa gunanya sih”, itu bukan organisasinya, tapi oknum senior yang nyebelin.
Sebetulnya kegiatan Persit adalah kegiatan yang sangat positif,” kata Ibu Uli Simanjuntak.
Menurut Ibu Uli Simanjuntak bahwa Persit itu berproses, hal-hal yang membuat kita dewasa dan berpikir lebih positif.
Ibu Uli Simanjuntak pernah memiliki pengalaman membersihkan Toilet VVIP bintang 3 dan bintang 4 ketika Suaminya sudah menyandang bintang 1.
Ini bukan tentang siapa kita, namun tentang proses yang sudah dialami, hal-hal tersebut yang membuat seseorang menjadi dewasa.
Dalam menghadapi tantangan di masa ini, dimana dari 108.000 anggota Persit hampir 70% nya adalah milenials dan Gen Z. Milenials lebih perduli terhadap lingkungan, mau menabung dan melek terhadap teknologi.
Ketika ikut mendampingi Suami yang menjabat sebagai KASAD, Ibu Uli mengadakan Forum Group Discussion, dimana dalam forum tersebut mengumpulkan Persit untuk menyatukan visi, yaitu ikut serta mewujudkan masyarakat yang adil, sejahtera, spritual berasaskan Pancasila.
Kemudian misi dari Persit sendiri adalah membantu KASAD untuk mendorong, mendidik Istri Anggota TNI AD dalam bidang mental, fisik, kesejahteraan, moril dalam mendukung tugas Suami.
Dalam rangka HUT Persit ke-78 tahun, Persit sudah mengumpulkan 82.000 kantong darah dalam waktu yang cukup singkat.
Ini merupakan gagasan sosial yang dimiliki oleh Ibu Uli Simanjuntak, gagasan ini merupakan hasil didikan dari orangtua dimana orangtua Ibu Uli Simanjuntak berpesan “Tidak ada artinya jika bersekolah tinggi jika tidak memiliki empati”.
Ibu Uli Simanjuntak besar dengan prinsip lebih indah memberi dari pada menerima dan jika tangan kanan memberi, tangan kiri tidak perlu tahu.
Di Persit diberikan kesempatan untuk memberi dan berbuat. Salah satu nya adalah memberikan donor darah.
Hampir 40% Persit mengalami anemia, hal ini yang harus menjadi perhatian kedepannya. Karena saat ini kebanyakan Ibu Persit ingin tampil ramping tapi dengan cara instan dan pemilihan makan yang salah.
Bukan karena keterbatasan ekonomi, namun karena pengetahuan yang kurang dan malas belajar.
DISIPLIN SEBAGAI GAYA HIDUP
Olahraga sudah menjadi lifestyle dari Ibu Uli Simanjuntak. Setiap pagi Ibu Uli Simanjuntak memiliki rutinitas jalan keliling komplek di pagi hari untuk memeriksa lampu yang masih hidup dan jendela yang belum dibuka.
Walaupun besar di luar negeri namun tetap memegang nilai-nilai tradisional dan pengajaran Suami dimana Bumi dipijak disitu langit dijunjung. Ini merupakan bagian dari kedisiplinan diri. Ibu Uli menerapakan bahwa Disiplin adalah napasku.
Kebiasaan Ibu Uli di pagi hari adalah bangun pagi pada pukul 04.30, kemudian menyiapkan kebutuhan Suami.
Adapun rutinitas olahraga Ibu Uli Simanjuntak yaitu Selasa, Kamis, dan Sabtu melakukan Yoga, Senin Rabu dan Jumat melakukan Tenis dan setiap hari jalan kaki.
Selain itu, 3 kali dalam sebulan akan menyelam untuk me time. Ibu Uli mendefenisikan dirinya sebagai Persit, Penyelam, Traveler dan menjadikan Suami sebagai prioritas.
Ibu Uli Simanjuntak adalah seorang Enterprenuer, Ibu Uli Simanjuntak sangat memperbolehkan Persit untuk berkerja, namun tidak setuju ketika Suami dan Istri tidak satu rumah karena alasan pekerjaan Istri.
Tantangan kedepan adalah bagaimana Persit mampu mengakomodasi Milenials dan Gen Z karena sangat pintar dan inovatif. Sehingga harus di eksploitasi dengan baik.
Sehingga dengan mengikuti zaman tanpa melupakan visi dan misi Persit yaitu Suci, Setia, Sepi Ing Pamrih, Rame Ing Gawe.
PESAN IBU ULI SIMANJUNTAK
Ibu Uli Simanjuntak sangat peduli dengan pendidikan, karena pendidikan adalah kunci untuk memperbaiki kehidupan.
Salah satu pengalaman Ibu Uli Simanjuntak ketika di Cirebon bahwa masih banyak penduduknya yang pendidikan di bawah rata-rata, hal ini akan membebani pemerintah dalam mencapai Indonesia Emas.
Pendidikan juga akan menunjang Ibu Persit dalam mendukung Suami dan membesarkan anaknya.
Ibu Uli Simanjuntak menuturkan pesan kepada Anggota Persit Kartika Chandra Kirana “Belajarlah terus, harus memiliki visi dan misi ketika menikah dengan seorang tentara, harus bisa berkontribusi terhadap keberhasilan Suami tanpa melepaskan jati diri sebagai seorang perempuan, bagi Istri Perwira harus mampu mendukung Suami seperti yang ada di Mars Persit yaitu membantu, memupuk dan membangun”.